NAMA KELOMPOK :
·
Aulia Chindiyana Prima ( 21212248
)
·
Intan Sri Malawati ( 23212756 )
·
Siti Rokayah ( 27212086 )
·
Zalia Anissa Diwanty ( 28212008 )
KELAS :
4EB22
MATA KULIAH : AKUNTANSI INTERNASIONAL (SOFTSKILL )
World
Economic Outlook adalah laporan bahwa Dana Moneter Internasional (IMF) mencoba
untuk mempublikasikan secara dua tahunan. Menurut IMF, publikasi menyediakan
"analisis staf dan proyeksi perkembangan ekonomi di tingkat global, dalam
kelompok negara utama (diklasifikasikan menurut wilayah, tahap perkembangan,
dll), dan di negara banyak individu." Publikasinya ini dapat diakses
online dan dapat didownload secara gratis, dan juga tersedia dalam bentuk
cetak. Inggris, Spanyol, dan Arab adalah beberapa bahasa yang laporan tersedia.
Beberapa
informasi dalam publikasi ini adalah pelaporan dan ringkasan tokoh yang
sebenarnya, yang dapat digunakan untuk menunjukkan perubahan yang telah terjadi
sejak versi terakhir dikeluarkan. Sebagian dari publikasi, bagaimanapun, adalah
spekulasi, yang beberapa orang mengandalkan untuk menentukan apa keadaan
ekonomi global akan berada di masa depan. Sementara banyak dari jenis yang sama
dari statistik yang digunakan dalam versi masing- masing, fokus dalam satu
mungkin berbeda dari fokus pada satu sebelumnya.
Setiap
World Economic Outlook biasanya diselenggarakan oleh bab, yang dipecah menjadi
beberapa bagian dengan subpos. Informasi dalam laporan, seperti statistik,
sering dibahas secara rinci. Selain itu, ada sejumlah tabel dan grafik
berwarna, yang digunakan sebagai alat bantu visual mudah diinterpretasi dari
informasi ini. Informasi yang terkandung dalam laporan dapat menganalisis
temuan yang sama tetapi dari perspektif yang berbeda. Sering ada pandangan
global yang menyediakan informasi tentang ekonomi dunia secara keseluruhan.
Informasi yang sama yang dinilai dengan cara ini dapat juga dianalisis secara
regional dan nasional. Beberapa informasi juga dapat dibandingkan dengan
negara-negara mengklasifikasikan sebagai memiliki negara maju atau berkembang
dan menilai data tertentu yang berhubungan dengan masing-masing kelompok.
Contoh jenis tokoh dianalisis dan dilaporkan dalam World Economic Outlook
termasuk produk domestik bruto, volume ekspor, dan tingkat investasi.
Bank
Dunia menyoroti fenomena pertumbuhan perekonomian yang melambat di
negara-negara berkembang selama 2015 dan dicemaskan masih berlanjut pada 2016,
padahal relatif banyak warga miskin di kawasan tersebut. Namun, berdasarkan
kajian prospek ekonomi global Bank Dunia Januari 2016 menyatakan, pertumbuhan
global 2016 masih lemah, tetapi diperkirakan dapat sedikit meningkat dari 2,4%
pada 2015 menjadi 2,9% pada 2016.
Sejumlah
kelemahan yang berjalan simultan di kawasan pasar perekonomian yang sedang
berkembang mengakibatkan kecemasan terkait dengan upaya pencapaian sasaran
pengurangan kemiskinan dan kesejahteraan bersama di sejumlah negara. Dengan
demikian negara-negara berkembang harus fokus membangun ketahanan pada kondisi
perekonomian yang melemah dan melindungi golongan masyarakat yang paling
rentan.
Salah
satu negara berkembang yaitu Indonesia. Pemerintah indonesia optimistis tak
terseret perlambatan ekonomi global, menyusul revisi outlook pertumbuhan
ekonomi global yang dirilis Dana Moneter Internasional atau International
Monetary Fund (IMF) pekan ini.
Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sepakat, pemangkasan estimasi
pertumbuhan ekonomi global yang dilakukan IMF dari 3,4 persen pada Januari
2016, menjadi 3,2 persen memang dikarenakan kemungkinan pertumbuhan ekonomi
global belum menuju arah yang diharapkan. Akan tetapi, bicara Indonesia, Darmin
yakin pertumbuhan ekonomi tahun ini akan menunjukkan titik balik daripada tahun
sebelumnya dan ia menegaskan kebijakan yang ditempuh pemerintah saat ini
tendensinya berlawanan arah dengan arah pertumbuhan ekonomi dunia.
Laporan
IMF memprediksi pertumbuhan kelompok ekonomi maju turun antara 0,3 persen-0,5
persen. Sementara itu, untuk kelompok ekonomi tumbuh dan berkembang di wilayah
Asia, IMF memprediksi angka pertumbuhan tetap atau naik sedikit antara 0,1
persen-0,2 persen dari perkiraan sebelumnya. IMF mengusulkan tiga kebijakan
utama untuk mengatasi kelesuan dan menjaga pertumbuhan ekonom di tengah
kelesuan global, yakni melaui pendekatan moneter, fiskal dan struktur ekonomi.
Menurut
kelompok kami, Setelah melewati masa yang sulit
pada 2014, negara-negara berkembang akan mulai tumbuh tahun ini karena
rendahnya harga minyak, menguatnya ekonomi Amerika, suku bunga global yang rendah
dan berkurangnya tekanan domestik di sebagian negara-negara berkembang,
demikian menurut laporan Global Economic Prospect (GEP) dari
Kelompok Bank Dunia yang dirilis hari ini.
Laporan yang dirilis dua kali setahun ini menyebutkan,
setelah tumbuh sebanyak 2,6 persen pada 2014, ekonomi global diperkirakan akan
tumbuh sebesar 3 persen tahun ini, 3,3 persen di tahun 2016 dan 3,2 persen di
tahun 2017[1]. Negara-negara berkembang akan tumbuh sekitar 4,4 persen pada
2014 dan bisa naik ke angka 4,8 persen pada 2015, kemudian menguat ke angka 5,3
persen dan 5,4 persen pada 2016 dan 2017.
Di balik
perbaikan ekonomi dunia yang berlangsung secara perlahan, ada beberapa tren
berbeda yang memiliki berbagai implikasi terhadap pertumbuhan global. Aktivitas
di Amerika Serikat dan Inggris mulai meraih momentum bersamaan dengan pasar
tenaga kerja yang mulai membaik dan kebijakan moneter yang masih sangat
akomodatif. Tapi belum ada perbaikan yang cukup berarti di Eropa dan Jepang,
karena kerusakan akibat krisis ekonomi yang lalu. Di sisi lain, Cina kini
sangat berhati-hati mengawal pelemahan pertumbuhan ekonominya, yakni sebesar
7,1 persen tahun ini (7,4 persen pada 2014), 7 persen pada 2016 dan 6,9
persen pada 2017. Ini semua masih ditambah dengan jatuhnya harga minyak yang
sudah pasti akan merugikan sekaligus menguntungkan sejumlah pihak.
Risiko-risiko yang ada membuat proyeksi ke depan masih
cenderung menurun, akibat empat faktor. Pertama adalah perdagangan global yang
masih lemah. Kedua, kemungkinan guncangan pada pasar finansial seiring dengan
naiknya suku bunga pada beberapa negara maju di waktu yang berbeda-beda. Ketiga
adalah seberapa jauh harga minyak yang rendah menggoyang keseimbangan finansial
negara-negara produsen minyak. Keempat, risiko dari periode stagnan atau
deflasi di wilayah Eropa atau Jepang yang berlangsung lam
Sumber :
No comments:
Post a Comment